Search

Selasa, 07 September 2010

“Tuh liat, jadi autis gara gara blackberry”

Posting saya kali ini bukanlah tentang blackberry.
Tapi tentang kebiasaan orang berucap tanpa berpikir efeknya.
Sekarang - sekarang ini, banyak sekali orang yang sering ngomong
“HAHAHAHAHA, dasar autiss!”
atau “Tuh liat, jadi autis gara gara blackberry”
Padahal andaikan dia tahu, di sekitar dia BANYAK sekali orang yang mungkin punya anak, atau adik atau kakak yang autis.
Saya punya temen deket yang baru belakangan saya tau kalau adiknya autis.
saya punya beberapa temen (orang yang sangat terkenal bahkan…) yang anaknya autis.
Bayangkan anda ngomong seperti itu tanpa sadar bahwa mungkin temen anda anaknya autis.
Pasti sakit sekali rasanya hati teman anda itu.

baru terasa ya?

Dan bukan cuma menggunakan kata autis, tapi juga dalam menggunakan kata “idiot” atau “cacat mental” dan yang sejenisnya…
teman saya punya saudara yang terbelakang mentalnya, dan dia SANGAT SAYANG padanya.
Bagi saya, orang yang becanda seperti itu sangat tidak sensitif.
saya terutama, sangat kuatir kalau menggunakan semua “hinaan” diatas karena saya juga ga akan pernah tahu kalau ternyata lawan bicara ku atau orang yang mendengarkan punya kenalan, saudara atau anggota keluarga yang autis.

BANYAK BANGET LHO disekitar kita yang punya adik atau anak autis.

I know, i know, kadang kita maksudnya becanda ketika mengatakan bahwa teman kita autis.
Tapi semua itu irelevan dengan apa yang dirasakan mereka yang mendengarkan.
So what if you meant to joke?
It will still hurt people’s feelings!
Mereka tau kok anda becanda, tapi mereka juga di dalam hati berharap agar anda tidak becanda seperti itu…

Tulisan ini jadi penting terutama karena fenomena blackberry.
Fenomena itu memperbesar kemungkinan orang menggunakan kata autis dalam setiap becandaan mereka.
Bottomline,
I dont mean to preach.
But please, just watch what you’re saying

1 komentar:

  1. mas,copast dr blog mas pandji ya?
    Kalo iya,di ksh keterangan donk krn ini bkn copyrightnya mas.

    BalasHapus

Best Article