Search

Senin, 18 April 2011

Tanda-tanda Kecanduan Twitter

0 komentar

Bagi sebagian orang, Twitter adalah bagian dari kehidupan mereka. Asalkan tidak sampai kecanduan dan melakukan mayoritas hal di bawah ini, kamu masih dianggap sebagai pengguna Twitter yang sehat dan normal. Hal-hal apa sajakah itu? Berikut daftarnya.

1. Merasa berapi-api saat seseorang mem-follow kamu di Twitter.
2. Merasa akhir dunia telah datang ketika tiba-tiba Twitter error atau tidak bisa diakses.
3. Memohon-mohon pembaca blogmu untuk mem-follow di Twitter-mu. Tak sampai di situ saja, kamu juga memohon-mohon follower-mu untuk me-Retweet (RT) tweet yang kamu posting.
4. Memposting lebih banyak tweet daripada postingan blog kemudian beralih dari full time blogger menjadi full time tweeter.
5. Menurutmu, menghabiskan sepanjang hari di Twitter akan memberimu alasan bahwa kamu telah melakukan service yang memuaskan pada follower-mu. Untuk itu kamu tak harus pergi ke kantor.
6. Lebih sering ngetweet daripada melakukan kerjaan kantor.
7. Merasa berbunga-bunga tatkala ada yang nge-Retweet (RT) tweetmu.
8. Selalu mencari (search) nama Twittermu dan tweet-tweetmu di pencarian real time Twitter.
9. Rajin me-refresh halaman Twitter setiap detik guna membaca tweet-tweet baru.
10. Menyertakan profile Twitter di signature email alih-alih alamat blog.
11. Mencetak ID Twittermu di kartu nama.
12. Mengeset Twitter di home page browser.
13. Menempelkan peringatan di pintu kantor yang berbunyi: "I am on Twitter, don't disturb".
14. Memakai lebih dari 5 Twitter client.
15. Menambahkan nama Twittermu di Google alert hanya untuk mengetahui apa yang dibicarakan orang-orang tentang dirimu.
16. Ngeblog tentang aplikasi Twitter dengan rajinnya.
17. Memasang status "Follow me on Twitter" di Gtalk atau Yahoo Messenger.
18. Menggunaan Twoogle untuk melakukan pencarian di Google dan Twitter.
19. Selalu membujuk anggota keluarga lain untuk membuat akun Twitter.
20. Memfollow banyak orang saat #FollowFriday
21. Mengenalkan dirimu sebagai Tweeter/Twips/pencandu Twitter alih-alih sebagai pengusaha.
22. Tergila-gila tentang Twitter dan mengiklankan dirimu di mana-mana agar orang-orang mem-follow kamu.
23. Meminta istri bosmu untuk mem-follow kamu.
24. Menambahkan ID Twitter di plat rumah.
25. Mengirimkan SMS ke teman-teman agar mereka mem-followmu.
26. Menanyakan seputar Twitter alih-alih pertanyaan seputar pekerjaan ketika melakukan sesi interview.
27. Mengancam istri atau suami untuk membuat akun Twitter atau perceraian akan terjadi.

Senin, 11 April 2011

LEGENDA :: ASAL MULA KALIMAS

0 komentar
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Bedrijvigheid_op_de_kades_van_de_Kali_Mas_in_Soerabaja.jpg

Sultan Agung Raja di Mataram sudah lama sekali mempunyai keinginan untuk mengusir bangsa Belanda dari tanah Jawa. Tapi cita-cita iuhurnya itu banyak mengalami hambatan. Salah satu kendalanya adalah pemberontakan dari para adipati di daerah pesisir yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Hal ini tentu saja membuat Sultan Agung kerepotan.
Untuk mengusir bangsa Belanda yang sudah memiliki persenjataan lengkap itu, hams dibina rasa persatuan dan kesatuan. Langkah pertama yang diambil oleh Sultan Agung adalah menaklukkan kembali raja-raja di wilayah pesisir.
Kerajaan Pesisir yang pertama kali harus ditaklukkan adalah Kadipaten Surabaya. Peada waktu itu, Kadipaten Surabaya dikuasai adipati Pangeran Pekik. Pangeran Pekik sudah tahu jika bala tentara Mataram sedang menuju ke Kadipaten Surabaya untuk menaklukkan Surabaya melalui mata-mata yang disebar di daerah-daerah.
"Paman Patih Suradigda, bala- tentara dari Mataram sudah semakin dekat. Bagaimana persiapan pasukan kita?" tanya Adipati Surabaya patihnya pada suatu pertemuan.
"Hamba sudah mempersiapkannya dengan matang, Tuanku. Semua prajurit setiap hari sudah kami didik dengan olah keprajuritan yang tangguhu sehingga sudah cukup mampu mengusir orang-orang Mataram yang berniat menyerang kadipaten kita!" ujar Patih Suradigda.
"Bagus, Paman. Latihlah terus para prajurit agar semakin hebat. Kita buktikan bahwa orang-orang Surabaya tak ingin menjadi budak orang-orang Mataram.."
Pertemuan itu tiba-tiba terhenti begitu seorang prajurit mata-mata datang melapor."Hai prajurit, ada apa kamu dengan tergesa-gesa menghadap kepadaku?" tanya Adipati Surabaya.
"Mohon ampun, Tuanku. Hamba melaporkan bahwa bala tentara dari Mataram sudah mulai memasuki wilayah Kadipaten Surabaya!"
"Apa? Mereka sudah memasuki daerah kekuasaanku tanpa izin. Kurang ajar orang-orang Mataram. Paman Patih, segera siagakan semua prajurit untuk menghadapi mereka!" perintah Adipati Surabaya.
"Daulat, Tuanku!" Dengan segera, Patih Suradigda mempersiapkan semua prajurit pilihannya. Setelah berkumpul semua, segera diberangkatkan menuju perbatasan Kadipaten Surabaya.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan pasukan dari Mataram. Tak dapat dielakkan lagi, pertempuran segera terjadi. Para prajurit dari Surabaya memang pilihan. Bagaimana pun hebatnya kemampuan dari pasukan Mataram, ternyata masih kalah tangguh dengan pasukan dari Surabaya.
Saat itu, Patih Suradigda tengah berhadap-hadapan dengan Patih Mataram yang bernama Patih Kridhanagara. Kedua orang ini tengah saling menantang. "Mengapa hanya kamu yang menghadapiku, mana Raja Mataram, suruh dia maju untuk menghadapiku!" sesumbar Patih Suradigda.
"Besar mulut kau! Memangnya siapa kau, berani menantang rajaku?"
"Aku Patih dari Surabaya, namaku Patih Suradigda. Dan kau siapa?" tanya Patih Suradigda.
"Aku Patih dari Mataram, namaku Patih Kridhanagara. Mana Adipati Surabaya, suruh dia ke sini!"
"Keparat kau!" Patih Suradigda menerjang.
Tetapi Patih Kridhanagara dengan gesit menghindar. Kemudian, balas menyerang dengan melakukan tendangan. Untunglah dapat ditangkis oleh Patih Suradigda. Pertarungan berlangsung dengan seru. Keduanya mengeluarkan segenap kepandaiannya yang dimiliki. Hinggapadasuatu saat tendangan kaki Patih Suradigda berhasil mengenai perut Patih Kridhanagara sehingga menyebabkan Patih Mataram itu terlempar beberapa tombak. Perutnya menjadi mulas dan sakit sekali. Patih Kridhanagara kalah dan pergi dengan dipapah oleh salah satu prajuritnya.
Melihat Patih Kridhanagara terkalahkan, para prajurit dari Mataram yang masih hidup segera berhamburan menyelamatkan jiwanya masing-masing. Mereka berlari-lari kembali ke perkemahan. Di sana Sultan Agung tengah menantikan laporan.
"Bagaimana Patih? Mengapa kamu?" tanya Sultan Agung cemas.
"Maafkan hamba, Tuanku. Hamba dikalahkan oleh Patih dari Surabaya. Bahkan, sekarang pasukan kita kocar-kacir tak karuan. Memang, prajurit dari Surabaya sangat terlatih!"
Hati Sultan Agung jengkel sekali melihat para pasukannya kalah melawan prajurit Surabaya.
"Bagaimana pun caranya, Adipati Surabaya harus kembali tunduk padaku. Prajurit mereka yang gagah berani sangat berguna nanti untuk mengusir kompeni Belanda."
"Kita harus merubah siasat untuk mengalahkan mereka , Tuanku!" Tiba-tiba Patih Kridhanagara menemukan akal.
"Bagaimana, Patih? Apa siasat yang kau maksud?" "Begini, Tuanku.
Semua orang di Kadipaten Surabaya itu selalu mengambil air minum dari Sungai Brantas. Kalau mereka tidak dapat minum dan tidak dapat mencari makan, mereka tentu akan menyerah dengan sendirinya. Oleh
karena itu, kita harus memasukkan kotoran apa saja ke Sungai Brantas dan mengepung Kadipaten Surabaya agar bantuan bahan makanan tak bisa masuk ke dalam kadipaten!" .
"Usul yang bagus, Patih. Sekarang juga kita laksanakan siasat itu."
Segera Patih Kridhanagara mengajak para prajuritnya untuk memasukkan segala kotoran ke dalam Sungai Brantas. Ada bangkai binatang, sampah-sampah, bangkai manusia, sisa-sisa makanan dan sebagainya. Sementara itu, bahan makanan yang akan masuk ke kadipaten selalu diambil oleh para prajurit Mataram.
Di dalam Kadipaten Surabaya, semua rakyat bingung. Persediaan air dan makanan mereka sudah harnpir habis. Ada prajurit yang disuruh mengambil air di Sungai Brantas, tetapi prajurit itu kembali dengan tangan
hampa.
"Mengapa kalian kembali dengan tangan kosong? Apakah Sungai Brantas kering tak ada airnya?" tanya Adipati Surabaya.
"Maaf, Tuanku. Keadaan air di Sungai Brantas sangat menyedihkan. Warnanya kuning keerriasan pertanda sangat kotor dan tak layak untuk diminum," jawab prajurit itu. '
"Kali Brantas berubah menjadi Kalimas? Lalu bagaimana kita menghilangkan rasa dahaga kalau tidak ada air. Mau mencari keiuar dari wilayah Surabaya, prajurit Mataram telah mengepung kita?" kata Adipati Surabaya masygul.
Beberapa hari seluruh rakyat yang ada di Kadipaten Surabaya tetap bertahan tanpa makan dan minum.
Akhirnya, mereka tidak tahan dan menyerah kalah terhadap pasukan Mataram. Adipati Surabaya takluk di hadapan Sultan Agung. Dan Sultan Agung pun diterima dengan baik di Kadipaten Surabaya.
"Sebenarnya niatmu untuk mempertahankan daerahmu itu baik, Adipati. Akan tetapi, aku hanya ingin mempersatukan seluruh kerajaan di pesisir untuk kuajak mengusir bangsa Belanda yang bermaksud untuk menjajah bangsa kita. Aku tak bermaksud ingin menjajah, tetapi aku tak bisa berjuang sendirian!" kata Sultan Agung" menjelaskan kepada Adipati Surabaya.
Adipati Surabaya mengangguk-angguk tanda mengerti. Dan karena pada waktu itu Kali Brantas atau Sungai Brantas berwama kekuning-kuningan akibat kotoran yang dimasukkan oleh para pasukan Mataram, Kali Brantas kemudian disebut-sebut dengan nama Kalimas

CERITA :: GADIS BERAMBUT PANJANG

1 komentar
gadis-ber-rambut-panjang.jpg

Gadis berambut panjang adalah cerita yang berasal dari Desa Air Liki, Dusun Renah Kepayang, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten Merangin. Cerita ini juga sudah berkembang di daerah lain di Kabupaten Merangin. Bukti fisik berupa rambut panjang tersebut masih dapat ditemukan hingga sekarang.
Rambut ini disimpan dan dirawat oleh Rosdiana, keturunan ke sembilan dari pemilik asli rambut panjang tersebut. Rambut itu sendiri sendiri memiliki panjang ±2.5 meter. Rambut panjang tersebut berbentuk jalinan dan besarnya ± dua jari orang dewasa. Pada bagian ujung rambut tersebut terbentuk sebuah rongga. Menurut ahli waris, rongga tersebut merupakan tempat bersarangnya seekor lipan putih penjaga Si Kusuk. Keunikan lain dari rambut tersebut ialah tidak diketahuinya bagian awal dan akhir jalinan rambut tersebut. Namun, bagian pangkal dan ujung rambut masih dapat diketahui. Bagi keturunan Si Kusuk, rambut tersebut juga dinamakan dengan Sarang Tampuo.
Pemilik rambut panjang tersebut bernama Si Kusuk. Ia berasal dari daerah Muaro Lolo, Kabupaten Kerinci. Ia adalah seorang perempuan yang unik. Selain berciri fisik seperti laki-laki, yakni bertubuh tinggi besar, Si Kusuk hanya mempunyai satu buah payudara yang terletak di bagian tengah dadanya. Rambut panjang Si Kusuk hanya tumbuh di bagian ubun-ubunnya. Sementara pada bagian kepala yang lain hanya ditumbuhi oleh rambut layaknya pada manusia biasa. Konon, rambut itulah sumber kesaktiannya. Rambut yang panjang tersebut digulung dan dikonde. Untuk penguncinya, tusuk konde, ia menggunakan sebuah pisau. Si Kusuk berangkat dari Muaro Lolo dengan membawa enam orang pengawal. Keenam pengawalnya tidak mengetahui bahwa Si Kusuk sebenarnya adalah seorang perempuan. Sebaliknya, mereka menyangka bahwa tuan mereka adalah seorang laki-laki. Sesampainya di Desa Air Liki, Si Kusuk memutuskan untuk berdiam di sana.
Pada malam harinya, Si Kusuk mengadakan pertemuan dengan keenam pengawalnya. Ia ingin mengetahu tingkatan usia mereka. Setelah diketahui, akhirnya Si Kusuk membeberkan jati dirinya yang sebenarnya. Setelah itu, ia menyampaikan niatnya untuk menikahi pengawalnya yang berusia paling tua. Dan mereka pun menikah.
Pada malam setelah pernikahan mereka sudah tidur bersama dalam satu kamar. Akan tetapi, pagi harinya diketahui ternyata suami Si Kusuk sudah meninggal dunia. Setelah dikuburkan, Si Kusuk menikah lagi dengan pengawalnya yang tersisa yang usianya paling tua di antara mereka. Akan tetapi, kejadian serupa suami yang pertama terjadi lagi. Suami ke dua Si Kusuk ditemukan meninggal pada pagi setelah hari pernikahan. Hal itu terus berulang hingga lima dari enam orang pengawal Si Kusuk telah meninggal setelah dinikahinya.
Sampailah akhirnya giliran pengawalnya yang terakhir. Akhirnya mereka pun menikah. Pengawal Si Kusuk yang terakhir ini sudah menyimpan kecurigaan tentang peristiwa kematian kelima kawan-kawannya yang sebelumnya dinikahi oleh Si Kusuk.
Pada malam hari setelah menikah, ia tidak langsung masuk ke kamar. Ia pura-pura bekerja menganyam, membuat lukah dari rotan. Ketika Si Kusuk sudah tidur, ia pun menuju kamar. Sesampai di dalam kamar, ia melihat ada seekor lipan putih yang menjalar di badan Si Kusuk. Ia pun segera mengambil kayu untuk membunuh lipan tersebut. Namun, sesaat sebelum dipukul Si Kusuk bangun dan langsung melarangnya membunuh lipan tersebut. Sebagai gantinya, Si Kusuk memberikan obat penawar apabila digigit oleh lipan tersebut. Atas permintaan Si Kusuk, suaminya tidak jadi membunuh lipan tersebut. Akhirnya, mereka pun berhasil memperoleh keturunan. Hingga suatu saat Si Kusuk merasa bahwa waktunya di dunia ini sudah berakhir, ia pun mengumpulkan anggota keluarganya dan menjelaskan perihal tersebut. Sebelum meninggal, ia memotong sendiri rambut yang panjang tersebut karena memang hanya dia yang bisa memotong rambut tersebut. Setelah rambut itu dipotong barulah ia meninggal dunia.
Setelah Si Kusuk meninggal, rambut sekaligus pisau yang digunakan sebagai penguncinya disimpan oleh keluarganya di dalam sebuah kotak dan diletakkan di bubungan bagian atas rumah. Setiap lebaran Idulfitri, keluarga Si Kusuk membersihkannya dengan cara dilimaukan, yaitu mencucinya dengan menggunakan beberapa jenis kembang yang dicampur dengan jeruk nipis.
Ada beberapa kejadian unik yang dialami oleh keturunan Si Kusuk sehubungan dengan rambut tersebut. Di dekat rumah mereka ada pohon durian yang hampir jatuh. Melihat kemiringannya, apabila pohon tersebut jatuh niscaya menimpa rumah mereka. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengeluarkan seluruh isi rumah agar tidak hancur tertipa runtuhan pohohn. Namun, rambut panjang tetap ditinggalkan di rumah tersebut. Alasan mereka meninggalkan rambut tersebut adalah sebagai sebuah pengujian apakah rambut tersebut juga memiliki kesaktian meskipun pemiliknya sudah meninggal. Ternyata memang muncul sebuah keanehan, pohon durian yang semula dipastikan bakal menimpa rumah tersebut ternyata jatuhnya tidak mengenai rumah tersebut. Keanehan lain dari rambut tersebut adalah ketika rambut tersebut dipamerkan dalam ajang pameran di Kota Jambi. Ternyata kakak Pak Said, seorang keturunan Si Kusuk, orang yang membawa rambut tersebut, jatuh sakit dan akhirnya meninggal dengan penyakit yang tidak diketahui. Menurut Pak Said, korban meninggal dengan kondisi seluruh tubuh membengkak. Sementara itu, orang yang satu lagi mengalami kelainan jiwa, namun akhirnya berhasil diobati oleh paranormal.paranormal tersebut mengatakan bahwa penyebab keadaan orang tersebut adalah akibat membawa untuk memamerkan rambut tersebut tanpa disetujui secara ikhlas oleh seluruh keturunan Si Kusuk.
Pisau yang digunakan sebagai pasak rambut panjang itu juga memiliki keanehan. Pernah suatu kali pisau tersebut dijual oleh salah seorang anggota keluarga. Namun, tidak berapa lama pisau tersebut sudah ditemukan kembali di dalam peti tempat rambut panjang itu disimpan. Keanehan lain adalah pada saat seorang lagi keturunan Si Kusuk tertarik untuk memakai pisau tersebut. Maka ia membuatkan sarung untuk pisau tersebut lengkap dengan kopelnya untuk dililitkan di pinggang. Namun, tidak berapa lama setelah pisau itu dibawa, bagian pinggang orang tersebut terkena penyakit semacam koreng yang menyebabkan ia meninggal dunia. Keanehan ketiga yang mereka alami sehubungan dengan pisau tersebut adalah saat Pak Said mengantarkan kakaknya menemui penghulu kampung. Kakaknya tersebut sedang berada dalam masalah karena telah melarikan anak gadis orang untuk diajak menikah sehingga keluarga dan kerabat gadis tersebut berniat mencari dan mencelakakan kakaknya. Namun, Pak Said memberanikan diri membantu kakaknya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebelum berangkat ia tidak lupa membawa pisau tersebut. Selama diperjalanan, ternyata mereka tidak berhasil ditemukan oleh orang yang mencari kakaknya dan meskipun jalan yang mereka lalui banyak terdapat serangga, namun mereka tidak digigit oleh seekor serangga pun.

SEJARAH :: Asal Nama Kota Bandung

0 komentar
gedung_sate.jpg

Gedung Sate
Mengenai asal-usul nama "Bandung", dikemukakan berbagai pendapat. Sebagian mengatakan bahwa, kata 'Bandung" dalam bahasa Sunda, identik dengan kata "banding" dalam bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabandeng (Sunda) berarti berdampingan atau berdekatan. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia (1996), bahwa kata "Bandung" berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan.
Pendapat lain mengatakan, bahwa kata "bandung" mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng adalah sebutan untuk genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi "Bandung". Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa kata "Bandung" berasal dari kata "bendung". Pendapat-pendapat tentang asal dan arti kata "Bandung" itu, rupanya berkaitan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu yang meletus pada masa holosen (± 6000 tahun yang lalu). Akibatnya, daerah antara Padalarang hingga Cicalengka (± 30 kilometer) dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang (± 50 kilometer) terendam air menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan "Danau Bandung" atau "Danau Bandung Purba". Berdasarkan basil penelitian geologi, air "Danau Bandung" diperkirakan mulai surut pada masa neolitikum (± 8000 – 7000 s.M.). Proses surutnya air danau itu berlangsung secara bertahap dalam waktu berabad-abad.
Secara historis, kata atau nama "Bandung" mulai dikenal sejak di daerah bekas danau tersebut berdiri pemerintah Kabupaten Bandung (sekitar dekade ketiga abad ke-17). Dengan demikian, sebutan "Danau Bandung" terhadap danau besar itu pun terjadi setelah berdirinya Kabupaten Bandung.

Best Article